SOLID GOLD BERJANGKA | IHSG Anjlok ke 5.760, Terpukul Aksi Teroris

broken image

SOLID GOLD BERJANGKA MAKASSAR - Pasar saham Indonesia masih berada di zona merah pada perdagangan sesi I. Siang ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 78,1 poin atau 1,33 % ke level 5.760,00.

Pada perdagangan sesi I, ada 121 saham menguat, 203 saham melemah, dan 119 saham stagnan. Siang ini, transaksi perdagangan mencapai Rp4,6 triliun dari 5,03 miliar lembar saham diperdagangkan.

BACA JUGA :Solidgold | Waspadai Penipuan Berkedok Rekrutmen Karyawan Angkasa Pura II

Indeks LQ45 turun 18,69 poin atau 2% menjadi 916,66, Jakarta Islamic Index (JII) turun 13,51 poin atau 2% ke 648,46 indeks IDX30 turun 10.57 poin atau 2,1% ke 497,59 dan indeks MNC36 turun 6,34 poin atau 1,9% ke 321,57.

Seluruh sektor penggerak IHSG bergerak melemah, dengan sektor consumer memimpin pelemahan hingga 2,2%, disusul manufaktur turun 1,9% dan keuangan turun 1,9%

Adapun saham-saham yang bergerak dalam jajaran top gainers, antara lain saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) naik Rp800 atau 7,6% ke Rp11.300, saham PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) naik Rp625 atau 19,3% ke Rp3.830, dan saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) naik Rp275 atau 3,3% ke Rp8.575.

Adapun saham-saham yang bergerak dalam jajaran top losers, antara lain PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun Rp1.725 atau 3,6% ke Rp45.725, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun Rp650 atau 1% ke Rp67.525, dan saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turun Rp650 atau 3,5% ke Rp18.150.

Sebelumnya, Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia (BEI) Samsul Hidayat mengatakan, melemahnya IHSG tidak terlepas dari kondisi keamanan Indonesia yang terguncang oleh aksi terorisme dalam beberapa hari terakhir.

Setelah aksi teror bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo Minggu (13/5/2018) dan Senin (14/5/2018) kemarin, aksi teroris kembali terjadi pagi ini dimana Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Riau diserang oleh kawanan teroris yang membawa senjata tajam jenis samurai.

Samsul menuturkan, kondisi tersebut memengaruhi persepsi investor soal keamanan di Indonesia. Pada akhirnya, mereka juga mengkhawatirkan investasi mereka dalam negeri.

"Jadi semakin banyak gangguan keamanan yang terjadi, maka persepsi atas keamanan di negara kita semakin menurun. Persepsi itu mempengaruhi keputusan si investor," terangnya di Gedung BEI.